Selasa, 30 Agustus 2016

RELIGIUSITAS



Religiusitas menunjukan tingkat keterikatan individu terhadap agamanya. Hal ini menunjukan bahwa individu telah menghayati dan menginternalisasikan ajaran agamanya sehingga berpengaruh dalam segala tindakan dan pandangan hidupnya. Pada masa perkembangannya  religiusitas yang dialami manusia mempunyai ciri khas sesuai tingkat perkembangannya pula.


A. PENGERTIAN RELIGIUSITAS

Dikatakan gazalba (1987) religiusitas berasal dari kata religi dalam bahasa latin “religio” yang akar katanya religure yang berarti mengikat. Dengan demikian, mengandung makna bahwa religi atau agama pada umumnya memiliki aturan-aturan dan kewajiban-kewajiban yang harus dipaatuhi dan dilaksanakan oleh pemeluknya. Anshori (1980) membedakan antara istilah religi atau agama dengan religiusitas. Jika agama menunjukan pada aspek-aspek formal yang berkaitan dengan aturan atau kewajiban, maka religiusitas menunjukan aspek religi yang telah dihayati oleh seseorang dalam hati. Pendapat tersebut senada dengan Dister dalam Subandi (1988) yang mengartikan religiusitas sebagai keberagamaan karena adanya internalisasi agama kedalam diri seseorang. Monks dkk. (1989) mengartikan keberagaman sebagai keterdekatan yang lebih tinggi dri manusia kepada yang maha kuasa yang memberikan perasaan aman. Sementara Shihab (1993) menyatakan agama adalah hubungan antara makhluk dengan kholik (tuhan) yang berwujud ibadah yng dilakukan dalam sikap keseharian.
Dari pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa religiusitas menunjuk pada tingkat ketertarikan individu terhadap agamanya. Hal ini menunjukan bahwa individu telah menghayati dan menginternalisasikan ajaran agamanya sehingga berpengaruh dalam segala tindakan dan pandangan hidupnya.
B. ASPEK-ASPEK RELIGIUSITAS

Hurlock  (1979) mengatakan bahwa religi terdiri dari dua unsur, yaitu unsur keyakinan terhadap ajaran agama dan unsur pelaksanaan ajaran agama. Pembagian dimensi-dimensi religiusitas menurut glock dan strak (dalam Shaver dan Robinson, 19975; Subandi, 1988; Afiatin, 1997) terdiri dari lima dimensi, di antaranya.

1. Dimensi keyakinan (the ideological dimension)


Dimensi keyakinan adalah tingkat sejauh mana seseorang menerima dan mengakui hal-hal yang dogmatic dalam agamanya. Misalnya keyakinan adanya sifat-sifat tuhan, adanya malaikat, para nabi, dan sebagainya.

2. Dimensi peribadatan atau praktik agama (the ritualistic dimension)

Dimensi ini adalah tingkatan sejauh mana seseorang menunaikan kewajiban-kewajiban ritual dalam agamanya, misalnya menunaikan zakat, sholat, puasa, haji dan sebagainya.

3. Dimensi feeling atau penghayatan (the experiencal dimension)

Dimensi penghayatan adalah perasaan keagamaan yang pernah dialami dan dirasakan seperti merasa dekat dengan tuhan, tentram saat berdoa, tersentu mendengar ayat kitab suci, meraa takut berbuat dosa, merasa senang doanya dikabulkan, dan sebagainya.

4. Dimensi pengetahuan agama (the intellectual dimension)

Dimensi ini adalah seberapa jauh orang mengetahui dan memahami ajaran-ajaran agamanya terutama yang ada dalam kitab suci, hadis, pengetahuan tentang fiqih, dan sebagainya.

5. Dimensi effect atau pengamalan (the consequential dimension)

Dimensi pengamalan adalah sejauh mana implikasi ajaran agam memengaruhi prilaku seseorang dalam kehidupan sosial. Seperti mendermakan harta untuk keagamaandan sosial, menjenguk orang sakit, mempererat silaturahmi, dan sebagainya.

C. KEHIDUPAN RELIGIUSITAS PADA REMAJA

Penelitian yang dilakukan Harnest dalam Jalaludin (1987) menjelaskan bahwa perkembangan agama melalui beberapa fase. Berikut ini adalah fase tersebut.

1. The fairv stage (tingkat dongen)

Terjadi pada anak usia 3-6 tahun. Konsep tuhan dipengaruhi oleh emosi dan fantasi sehingga terkesan kurang masuk akal. Kehidupan fantasi yang bersumber dari dongen mendominasi pemahaman anak terhadap ajaran agamanya.

2.The realistic stage (tingkat kenyataan)

Dimulai ketika anak masuk sekolah dasar sampai remaja. Pemahaman tentang ajaran agama sudah sudah didasarkan pada konsep yang sesuai dengan kenyataan, diperoleh dari lembaga-lembaga keagamaan, orang tua ataupun dari orang dewasa lain.

3. The individual stage (ingkat individu)

Pemahaman terhadap ajaran agama bersifat khas untuk setiap orang yang dipengaruhi oleh lingkungan serta perkembangan internal. Pada tahap ini terdapat tiga tipe, yaitu pemahaman secara konvensional dan konservatif; pemahaman yang murni dan bersifat personal; dan memahami konsep tuhan secara humanis.

Kehidupan religiusitas pada remaja dipengaruhi oleh pengalaman keagamaan, struktur kepribadian serta unsur kepribadian yang lain. Pada masa remaja perkembangan keagamaan ditandai dengan adanya keraguan-keraguan terhadap kaidah-kaidah akhlak dan ketentuan-ketentuan agama. Namun pada dasarnya sebagai manusia remaja tetap membutuhkan agama sebagai pegangan dalam kehidupan, terutama pada saat menghadapi kesulitan.

SUMBER: M. Nur Ghufron dan Rini Risnawati S. 2014. Teori-teori Psikologi. AR-RUZZ MEDIA. Jakarta

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+
Tags :

Related : RELIGIUSITAS

0 komentar:

Posting Komentar