Religiusitas menunjukan tingkat keterikatan individu
terhadap agamanya. Hal ini menunjukan bahwa individu telah menghayati dan
menginternalisasikan ajaran agamanya sehingga berpengaruh dalam segala tindakan
dan pandangan hidupnya. Pada masa perkembangannya religiusitas yang dialami manusia mempunyai
ciri khas sesuai tingkat perkembangannya pula.
A. PENGERTIAN RELIGIUSITAS
Dikatakan gazalba (1987) religiusitas berasal dari kata
religi dalam bahasa latin “religio” yang akar katanya religure yang berarti mengikat. Dengan demikian, mengandung makna
bahwa religi atau agama pada umumnya memiliki aturan-aturan dan
kewajiban-kewajiban yang harus dipaatuhi dan dilaksanakan oleh pemeluknya. Anshori
(1980) membedakan antara istilah religi atau agama dengan religiusitas. Jika
agama menunjukan pada aspek-aspek formal yang berkaitan dengan aturan atau
kewajiban, maka religiusitas menunjukan aspek religi yang telah dihayati oleh
seseorang dalam hati. Pendapat tersebut senada dengan Dister dalam Subandi
(1988) yang mengartikan religiusitas sebagai keberagamaan karena adanya
internalisasi agama kedalam diri seseorang. Monks dkk. (1989) mengartikan
keberagaman sebagai keterdekatan yang lebih tinggi dri manusia kepada yang maha
kuasa yang memberikan perasaan aman. Sementara Shihab (1993) menyatakan agama
adalah hubungan antara makhluk dengan kholik (tuhan) yang berwujud ibadah yng
dilakukan dalam sikap keseharian.
Dari pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
religiusitas menunjuk pada tingkat ketertarikan individu terhadap agamanya. Hal
ini menunjukan bahwa individu telah menghayati dan menginternalisasikan ajaran
agamanya sehingga berpengaruh dalam segala tindakan dan pandangan hidupnya.
B. ASPEK-ASPEK RELIGIUSITAS
Hurlock (1979)
mengatakan bahwa religi terdiri dari dua unsur, yaitu unsur keyakinan terhadap
ajaran agama dan unsur pelaksanaan ajaran agama. Pembagian dimensi-dimensi
religiusitas menurut glock dan strak (dalam Shaver dan Robinson, 19975;
Subandi, 1988; Afiatin, 1997) terdiri dari lima dimensi, di antaranya.
Dimensi keyakinan adalah tingkat sejauh mana seseorang
menerima dan mengakui hal-hal yang dogmatic dalam agamanya. Misalnya keyakinan
adanya sifat-sifat tuhan, adanya malaikat, para nabi, dan sebagainya.
2. Dimensi peribadatan atau praktik agama (the ritualistic
dimension)
Dimensi ini adalah tingkatan sejauh mana seseorang
menunaikan kewajiban-kewajiban ritual dalam agamanya, misalnya menunaikan
zakat, sholat, puasa, haji dan sebagainya.
3. Dimensi feeling atau penghayatan (the experiencal
dimension)
Dimensi penghayatan adalah perasaan keagamaan yang pernah
dialami dan dirasakan seperti merasa dekat dengan tuhan, tentram saat berdoa,
tersentu mendengar ayat kitab suci, meraa takut berbuat dosa, merasa senang
doanya dikabulkan, dan sebagainya.
4. Dimensi pengetahuan agama (the intellectual
dimension)
Dimensi ini adalah seberapa jauh orang mengetahui dan
memahami ajaran-ajaran agamanya terutama yang ada dalam kitab suci, hadis,
pengetahuan tentang fiqih, dan sebagainya.
5. Dimensi effect atau pengamalan (the consequential
dimension)
Dimensi pengamalan adalah sejauh mana implikasi ajaran agam
memengaruhi prilaku seseorang dalam kehidupan sosial. Seperti mendermakan harta
untuk keagamaandan sosial, menjenguk orang sakit, mempererat silaturahmi, dan
sebagainya.
C. KEHIDUPAN RELIGIUSITAS PADA REMAJA
Penelitian yang dilakukan Harnest dalam Jalaludin (1987)
menjelaskan bahwa perkembangan agama melalui beberapa fase. Berikut ini adalah
fase tersebut.
1. The fairv stage (tingkat dongen)
Terjadi pada anak usia 3-6 tahun. Konsep tuhan dipengaruhi
oleh emosi dan fantasi sehingga terkesan kurang masuk akal. Kehidupan fantasi
yang bersumber dari dongen mendominasi pemahaman anak terhadap ajaran agamanya.
2.The realistic stage (tingkat kenyataan)
Dimulai ketika anak masuk sekolah dasar sampai remaja. Pemahaman
tentang ajaran agama sudah sudah didasarkan pada konsep yang sesuai dengan
kenyataan, diperoleh dari lembaga-lembaga keagamaan, orang tua ataupun dari
orang dewasa lain.
3. The individual stage (ingkat individu)
Pemahaman terhadap ajaran agama bersifat khas untuk setiap
orang yang dipengaruhi oleh lingkungan serta perkembangan internal. Pada tahap
ini terdapat tiga tipe, yaitu pemahaman secara konvensional dan konservatif;
pemahaman yang murni dan bersifat personal; dan memahami konsep tuhan secara
humanis.
Kehidupan religiusitas pada remaja dipengaruhi oleh
pengalaman keagamaan, struktur kepribadian serta unsur kepribadian yang lain. Pada
masa remaja perkembangan keagamaan ditandai dengan adanya keraguan-keraguan
terhadap kaidah-kaidah akhlak dan ketentuan-ketentuan agama. Namun pada
dasarnya sebagai manusia remaja tetap membutuhkan agama sebagai pegangan dalam
kehidupan, terutama pada saat menghadapi kesulitan.
SUMBER: M. Nur Ghufron dan Rini Risnawati S. 2014. Teori-teori Psikologi. AR-RUZZ MEDIA. Jakarta
0 komentar:
Posting Komentar