Selasa, 30 Agustus 2016

SISTEM OLFAKTORI



1.      Indra Penciuman
Hidung merupakan alat visera (alat dalam rongga badan) yang erat hubungannya dengan gastrointestinalis. Sebagian rasa berbagai makanan merupakan kombinasi penciuman dan pengecapan. Reseptor penciuman merupakan kemoreseptor yang dirangsang oleh molekul larutan di dalam mukus. Reseptor penciuman juga merupakan reseptor jauh (telereseptor).

  •  Struktur indra pembau

o    Sel-sel penyokong yang berupa sel-sel epitel
o    Sel-sel pembau (sel olfaktori) yang berupa sel saraf sebagai reseptor
o   Sel-sel olfaktori sangat peka terhadap rangsangan gas kimia (kemoreseptor)
o   Reseptor pembau terletak pada langit-langit rongga hidung, pada bagian yang disebut epitelium olfaktori.
o   Epitelium olfaktori terdiri dari sel-sel reseptor dan sel-sel penyokong

a.      Jaras olfaktori
Jaras olfaktori terdiri dari:
·         epitelium olfaktori
·         fila olfaktori (nervus olfaktori)
·         bulbus olfaktori
·         traktus olfaktori
·         area olfaktori
yg terbentang dari uncus lobus temporal melewati substansia perforata anterior ke permukaan medial lobus frontalis di bawah genu korpus kalosum

b.      Bagian-bagian hidung
v      Rongga hidung (nasal cavity)
}      berfungsi untuk mengalirkan udara dari luar ke tenggorokan menuju paru paru
}      Rongga hidung ini di hubungkan dengan bagian belakang tenggorokan
}      Rongga hidung di pisahkan oleh langit-langit mulut kita yang di sebut dengan palate
v      Mucus membrane
}      berfungsi menghangatkan udara dan melembabkannya.
}    Bagian ini membuat mucus (lendir atau ingus) yang berguna untuk menangkap debu, bagkteri, dan partikel-partikel kecil lainnya yang dapat merusak paru-paru.

c.       Fungsi hidung


}  Fungsi penghidu.
}  Pernapasan.
}  Penyaring debu.
}  Pelembapan udara pernapasan.
}  Penampungan sekret dari sinus paranasales dan ductus nasolacrimalis.


d.      Cara kerja hidung


}         Cara kerja hidung  adalah saat kita bernafas bau ikut masuk ke dalam hidung.
}         Di rongga hidung, bau akan larut di dalam lendir.
}         Di atap rongga hidung terdapat olfactory epithelium yang sangat sensitif terhadap molekul-  molekul bau, karena pada bagian ini ada bagian pendeteksi bau(smell receptors).
}         Receptor ini jumlahnya sangat banyak ada sekitar 10 juta.
}         Ketika partikel bau tertangkap oleh receptor, sinyal akan di kirim ke the olfactory bulb melalui saraf olfactory
}         Bagian inilah yang mengirim sinyal ke otak dan kemudian di proses oleh otak bau apakah yang telah tercium oleh hidung kita.


e.      Gangguan pada sistem penciuman 

}  Dibedakan kuantitatif (ggn di perifer) dan kualitatif(ggn di sentral)
}  Kuantitatif  meliputi :
¤  Hiposmia (berkurangnya bau)
¤  Anosmia(hilang atau tidak ada bau)
}  Kualitatif meliputi :
¤  Parosmia: Kakosmia( bau tidak enak) atau hiperosmia (bau yg kuat secara abnormal)

f.        Gangguan pada penciuman


}  Papiloma JuveniL
}  Angiofibroma JuveniL
}  Rhinitis Allergica
}  Anosmia
}  Salesma dan influenza
}  Sinusitis

2.      Sistem pengecapan/ gustatori
a.       Lidah/lingual/glossal
o  Kumpulan otot rangka pada bagian mulut yg dapat membantu pencernaan makanan dgn mengunyah dan menelan.
o   Membantu membolak-balik makanan di mulut
o   Indra pengecap yg memliki tunas pengecap
o   Membantu dalam bicara
o   Reseptor pengecapan di lidah, paltum, dan kerongkongan menjalarkan modalitatas manis, asam, asin dan pahit.
o   Informasi ini dijalarkan ke nukleus solitarius melelui saraf fasialis(VII), glosofaringeus (IX), dan vagus (X)
o   Serabut aferen ini berjalan melalui talamus ke kortek pengecap primer di  insula

  • Gangguan pada pengecapan
> Reseptor pengecapan dpt secara genetik terganggu atau rusak: krn penyinaran dan obat (anestesi lokal, kokain, strptomisin/antibiotik)
>Hipogeusia atau ageusia : menurun atau hilangnya sensasi pengecapan
>Parageusia : tidak adekuat
>Disgeusia : tidak enak


3.      Rasa suhu
  • Reseptor suhu dan perangsangan
o   Reseptor dingin dan hangat teletak tepat di bawah kulit, pada titik-titik berbeda dan terpisah.
o   Dengan diameter kira-kira 1 mm
o   15-25 titik dingin per cm pada bibir, 3-5 pada jari-jari per cm, dan 1 titik di dada per cm
o   Titik hangat lebih sedikit.
a.      Adaptasi reseptor suhu
Bila dgn tiba-tiba reseptor dingin mengalami penurunan suhu, maka mula-mula reseptor akan terangsang dgn kuat, namun selama beberapa  detik pertama rangsangan ini dgn cpt memudar dan selama 30 mnt atau lebih secara progresif akan lebih lambat.

b.      Penjalaran sinyal suhu
Sinyal akan menjalar memasuki medula spinalis à memasuki traktus Lissauer sampai beberapa segmen à menyilang medula spinalis à traktur spinotalamikus lateral à talamus (ventro postero lateral) à girus postcentralis.

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+
Tags :

Related : SISTEM OLFAKTORI

0 komentar:

Posting Komentar